Cerita Mudik |
Assalamualikum, halo
hai.
Kembali lagi bersama
celotehanku lagi. Kali #30harikebaikanBPN akan mengambil tema Cerita Mudik.
Kalau sekarang ditanya
kamu mudik kemana? Jawabku hanya senyum haha. Kenapa? Ya karena aku sekarang
gak kemana – mana kalau mudik. Aku Surabaya suami Gresik, seprovinsi cuy.
Tapi ada yang bilang ya
itu tetap mudik donk. Walau Cuma beda beda kota saja. Aku sih ya sama saja,
walau gak lebaran juga main ke rumah mertua.
Kalau dulu belum nikah
ya memang aku mudik ke desa nenek dari papa aku, yaitu ke Jombang. Tapi karena
sekarang beliau sudah tidak ada, jadi ya sekarang tunggu lebaran selesai baru
nyekar ke makam leluhur – leluhur. Biasanya aku ke Kediri lebih tepatnya Papar
dan Jombang.
Kalau mudik gini aku
selalu sempetin mampir maem nasi krawu ciri khas dari Gresik, yaitu nasi krawu “Buk
Tiban” yang terkenal di jalan terate. Selalu rame dan susah parkir kalau bawa
mobil.
Dan kalau aku mudik
dulu belum punya anak ya hanya naik sepeda motor aja, sekarang naik ojek
online. Haha. Terima kasih pak ojek, tanpa kalian kami tidak bisa kemana – mana
dengan harga terjangkau. Haha.
Oke, kembali ke cerita
mudik ya. Sepertinya untuk tema ini belum ada yang special sih ya. Karena di
gresik tempat tinggal suami aku tak ada sawah ataupun gunung. Kayak di desa –
desa gitu. Yang dilihat ya bangunan rumah, gudang, lewati tambak. Sudah gitu
aja.
Apa sih arti mudik buat
kalian? Kalau buat aku mudik adalah pulang ke tempat lain yang beda kota saat
lebaran. Karena mudik selalu identik dengan lebaran.
Kenapa identik dengan
lebaran ya? Aku juga tak tahu pastinya kenapa.
Dan kalian pada mudik
kemana nih? Pada punya desa ya? Bisa lihat sawah dan gunung ya?
Yang terpenting tetap
jaga tali silaturahmi ya gess.
Oke, sekian dulu
celotehanku kali ini. Semoga bermanfaat dan selamat menjalankan ibadah puasa.
See you on the next blog.
Salam,
Gadis Hayu
0 comments